Motivasi
merupakan kegiatan yang mengakibatkan, menyalurkan dan memelihara
perilaku manusia. Motivasi ini merupakan suatu proses untuk mencoba
mempengaruhi seseorang agar melakukan sesuatu yang kita inginkan.
Seorang karyawan mungkin menjalankan pekerjaan yang dibebankan kepadanya
dengan baik, mungkin pula tidak. Maka dari itu hal tersebut merupakan
salah satu tugas dari seorang pimpinan untuk bisa memberikan motivasi
(dorongan) kepada bawahannya agar bisa bekerja sesuai dengan arahan yang
diberikan. Motivasi adalah juga subyek membingungkan, karena motif
tidak dapat diamati atau diukur secara langsung, tetapi harus
disimpulkan dari perilaku orang yang tampak.
Motivasi
seperti yang telah disebutkan diatas, akan mempengaruhi, mengarahkan
dan berkomunikasi dengan bawahannya yang selanjutnya akan menentukan
efektivitas manajer. Ada dua faktor yang mempengaruhi tingkat prestasi
seseorang, yaitu kemampuan individu dan pemahaman tentang perilaku untuk
mencapai prestasi yang maksimal atau disebut juga persepsi peranan. Dimana antara motivasi, kemampuan dan persepsi peranan merupakan satu kesatuan yang saling berinteraksi.
Motivasi
dapat juga disebut dengan istilah kebutuhan (need), desakan (urge),
keinginan (wish), atau dorongan (drive), yang semuanya ini mempunyai
pengertian yang sama yaitu sebagai suatu keadaan yang ada pada diri
seseorang yang mendorong untuk melakukan suatu kegiatan guna mencapai
keinginan atau tujuan. Dorongan ini biasanya diwujudkan dalam bentuk
perilaku.
PENTINGNYA MOTIVASI
Dalam
bab IX ini akan dibahas berbagai permasalahan tentang pengarahan dan
pengembangan organisasi, termasuk didalamnya bagaimana menggerakkan para
anggotanya untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, bagaimana
memotivasi para anggotanya, bagaimana mengadakan komunikasi didalam
organisasi, bagaimana mengadakan perubahan dan pengembangan dalam
organisasi dan bagaimana mengatasi segala konflik yang ada dalam
organisasi.
Kemampuan
seorang manajer untuk memotivasi dan mempengaruhi, mengarahkan dan
berkomunikasi sangatlah penting karena akan menentukan efektifitas
manajer. Dan ini bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi tingkat
prestasi seseorang. Manajer yang dapat melihat motivasi sebagai suatu
sistem akan mampu meramalkan perilaku dari bawahannya.
PANDANGAN MOTIVASI DALAM ORGANISASI
Pandangan motivasi dalam organisasi dapat dilihat dari tiga jenis teori motivasi yang ada, yaitu :
v Model Tradisional
Tidak lepas dari teori manajemen ilmiah yang dikemukakan oleh Frederic
Winslow Taylor. Model ini mengisyaratkan bagaimana manajer menentukan
pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan dengan sistem pengupahan
insentif untuk memacu para pekerja agar memberikan produktivitas yang
tinggi.
Teori produktivitas memandang bahwa tenaga kerja pada umumnya malas dan
hanya dapat dimotivasi dengan memberikan penghargaan dalam wujud materi
(uang). Pendekatan ini cukup efektif dalam banyak situasi sejalan
dengan peningkatan efisiensi. Disini pemutusan hubungan kerja sudah
merupakan suatu kebiasaan dan para pekerja akan mencari jaminan daripada
hanya kenaikan upah kecil dan sementara.
v Model hubungan Manusiawi
Elton
Mayo dan para peneliti hubungan manusiawi lainnya menemukan bahwa
kontak-kontak sosial karyawan pada pekerjaannya adalah penting,
kebosanan dan tugas yang rutin merupakan pengurang dari motivasi. Untuk
itu para karyawan perlu dimotivasi melalui pemenuhan kebutuhan-kebutuhan
sosial dan membuat mereka berguna dan penting dalam organisasi.
Para
karyawan diberi kebebasan membuat keputusan sendiri dalam pekerjaannya,
untuk para pekerja informal perlu mendapat perhatian yang lebih besar.
Lebih banyak informasi disediakan untuk karyawan tentang perhatian
manajer dan operasi organisasi.
v Model Sumber Daya Manusia
McGregor,
Maslow, Argyris dan Likert mengkritik model hubungan manusiawi, bahwa
seorang bawahan tidak hanya dimotivasi dengan memberikan uang atau
keinginan untuk mencapai kepuasan, tapi juga kebutuhan untuk berprestasi
dan memperoleh pekerjaan yang berarti, dalam arti lebih menyukai
pemenuhan kepuasan dari suatu prestasi kerja yang baik, diberi tanggung
jawab yang lebih besar untuk pembuatan keputusan dan pelaksanaan tugas.
TEORI-TEORI MOTIVASI
Teori-teori Motivasi dapat diklarifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu :
1. Teori Petunjuk (prescriptive theories), yaitu mengemukakan bagaimana memotivasi para karyawan. Teori-teori ini didasarkan atas pengalaman coba-coba.
2. Teori-teori Isi (content theories) kadang-kadang disebut teori-teori kebutuhan (need theories), adalah
berkenaan dengan pertanyaan apa penyebab-penyebab perilaku atau
memusatkan pada pertanyaan “apa” dari motivasi. Teori-teori yang sangat
terkenal diantaranya :
o Hirarki Kebutuhan dari Psikolog Abraham H. Maslow.
o Frederick Herzberg dengan teori motivasi-pemeliharaan atau motivasi-higienis.
o Teori prestasi dari penulis dan peneliti David McCleland.
3. Teori Proses (process theories) berkenaan
dengan bagaimana perilaku dimulai dan dilaksanakan atau menjelaskan
aspek “bagaimana” dari motivasi. Teori-teori yang termasuk kategori
teori-teori proses adalah:
o Teori Pengharapan
o Pembentukan perilaku (Operant Conditioning)
o Teori Porter-Lawler
o Teori Keadilan.
TEORI-TEORI ISI
Memusatkan
pada penyebab perilaku terjadi dan berhenti yang terpusat pada
kebutuhan, motif yang mendorong, menekan, memacu dan menguatkan karyawan
melakukan kegiatan, juga berhubungan dengan faktor-faktor eksternal
yang berupa insentif yang menyarankan, mendorong, menyebabkan dan
mempengaruhi untuk melaksanakan suatu kegiatan. Penekanannya pada
pengertian faktor-faktor internal dan kebutuhan. Ada tiga macam teori
yang dipakai dalam teori isi, antara lain :
1. Hirarki kebutuhan Maslow
Menekankan
pada kebutuhan manusia yang tersusun dalam bentuk hirarki kebutuhan
dari yang terendah sampai yang tertinggi serta kebutuhan yang telah
terpuaskan berhenti menjadi motivator utama dari perilaku. Ada lima
jenjang kebutuhan dalam hirarki kebutuhan Maslow, yaitu :
o Kebutuhan aktualisasi diri dan pemenuhan diri (self-actualization needs)
o Kebutuhan harga diri (esteem needs)
o Kebutuhan sosial (social needs)
o Kebutuhan keamanan dan rasa aman (safety and security needs)
o Kebutuhan fisiologis (phisiological needs)
2. Teori motivasi pemeliharaan Herzberg / teori motivasi higienis
Umumnya
karyawan baru memusatkan perhatiannya pada pemuasan tingkat kebutuhan
lebih rendah dalam pekerjaan pertama mereka, terutama rasa aman, bila
telah terpuaskan akan memenuhi tingkat yang lebih tinggi, seperti
kebutuhan inisiatif, kreatifitas dan tanggung jawab.
Ada dua kelompok faktor yang mempengaruhi kerja seseorang dalam organisasi, yaitu kepuasan kerja (job satisfaction) yang mempunyai pengaruh pendorong prestasi dan semangat kerja serta ketidak puasan kerja (job dissatisfaction) yang pengaruhnya negatif. Disini dibedakan antara motivator dan faktor-faktor pemeliharaan (higienic factors = dissatisfiers).
Motivator mempunyai pengaruh meningkatkan prestasi atau kepuasan kerja,
sedang faktor pemeliharaan mencegah merosotnya semangat kerja.
Faktor-faktor dalam teori motivasi pemeliharaan meliputi :
o Pekerjaan yang kreatif dan menantang
o Prestasi
o Penghargaan
o Tanggungjawab
o Kemungkinan meningkat
o Kemajuan
3. Teori Prestasi
Ada
korelasi positif antar kebutuhan berprestasi dengan prestasi dan sukses
pelaksanaan. McClelland mengemukakan bahwa usahawan, ilmuwan dan
profesional mempunyai tingkat motivasi prestasi diatas rata-rata. Orang
yang berorientasi prestasi mempunyai karakteristik-karakteristik
tertentu yang dapat dikembangkan, yaitu :
o Menyukai
pengambilan resiko yang layak sebagai fungsi keterampilan, menyukai
tantangan dan menginginkan tanggung jawab pribadi untuk hasil yang
dicapai.
o Punya kecenderungan untuk menetapkan tujuan-tujuan prestasi yang layak dan menghadapi resiko yang sudah diperhitungkan.
o Mempunyai kebutuhan yang kuat akan umpan balik tentang apa yang telah dikerjakan.
o Punya keterampilan dalam perencanaan jangka panjang dan memiliki kemampuan organisasional.
TEORI-TEORI PROSES
Berkenaan dengan bagaimana perilaku timbul dan dijalankan. Adapun teori-teori yang berkenaan dengan teori-teori proses yaitu :
v Teori Pengharapan (Expectancy theory)
Dimana individu diperkirakan akan menjadi pelaksana dengan prestasi tinggi bila :
o Kemungkinan usaha mereka mengarah ke prestasi yang tinggi.
o Kemungkinan mencapai hasil yang menguntungkan.
o Hasil-hasil tersebut akan menjadi pada keadaan keseimbangan, penarik efektif bagi mereka.
Menurut Victor Vroom (teori nilai pengharapan Vroom) orang dimotivasi untuk bekerja bila :
o Usaha-usaha yang ditingkatkan akan mengarahkan ke balas jasa tertentu.
o Menilai balas jasa dari hasil usahanya.
v Pembentukan Perilaku (Operant conditioning)
Teori
ini dikemukakan oleh B.F. Skinner yang didasarkan pada hukum pengaruh
(Law of Effect), bahwa perilaku yang diikuti dengan
konsekuensi-konsekuensi pemuasan cenderung diulang, sedang perilaku yang
diikuti konsekuensi hukuman cenderung tidak diulang.
Ada empat teknik yang dapat digunakan manajer untuk mengubah perilaku bawahan, antara lain :
1. Penguatan positif, bisa primer maupun sekunder.
2. Penguatan
negatif, individu akan mempelajari perilaku yang membawa konsekuensi
tidak menyenangkan dan menghindarinya di masa mendatang.
3. Pemadaman, dilakukan dengan peniadaan penguatan.
4. Hukuman, manajer mengubah perilaku bawahan yang tidak tepat dengan pemberian konsekuensi-konsekuensi negatif.
v Teori Porterm Lawyer
Merupakan
teori pengharapan dari motivasi dengan versi orientasi masa mendatang
dan menekankan antisipasi tanggapan atau hasil. Dasarnya yaitu
kemungkinan usaha pengharapan yang dirasakan, usaha yang dijalankan,
prestasi yang dicapai, penghargaan yang diterima, kepuasan yang terjadi
dan mengarahkan ke usaha dimasa yang akan datang.
Model
pengharapan menyajikan sejumlah implikasi bagi manajer tentang
bagaimana seharusnya memotivasi bawahan dan implikasi. Implikasi ini
mencakup :
1. Pemberian penghargaan yang sesuai dengan kebutuhan bawahan.
2. Penentuan prestasi yang diinginkan.
3. Pembuatan tingkat prestasi yang dapat dicapai.
4. Hubungan penghargaan dengan prestasi.
5. Penganalisaan faktor-faktor yang bersifat berlawanan dengan efektifitas penghargaan.
6. Penentuan penghargaan yang mencukupi.
Implikasi bagi organisasi adalah :
1. Sistem penghargaan yang dapat memotivasi perilaku.
2. Pekerjaan dibuat sebagai pemberian penghargaan secara intrinsik.
3. Atasan langsung mempunyai peranan penting dalam proses motivasi.
v Teori Keadilan
Orang
akan selalu membandingkan antara masukan dalam bentuk pendidikan,
pengalaman, latihan dan usaha dengan hasil atau penghargaan yang
diterima. Keyakinan tentang adanya ketidakadilan akan berpengaruh pada
perilaku pelaksana kegiatan. Faktor kunci bagi manajer yaitu mengetahui
apakah ketidakadilan dirasakan, bukan apakah ketidakadilan secara nyata
ada. Teori keadilan ini memberikan implikasi bahwa penghargaan harus
diberikan sesuai yang dirasa adil oleh individu yang bersangkutan.
Referensi :
- Mohammad Abdul Mukhyi dan Iman Hadi Saputro, Manajemen Umum, Seri Diktat Kuliah, Penerbit Gunadarma, Edisi pertama cetakan kedua 1995.
- http://pou-pout.blogspot.com